Rabu, Januari 23, 2008

[tip] Dokter Saja Minum Kombucha

Lubang-lubang gigi menganga mendatangkan derita tersendiri bagi Dr Henry Naland SpB (K) Onk. Bakteri Streptococus viridans yang bersarang diam-diam menjalar ke dalam tubuh ahli bedah tumor di RS Mitra Internasional, Jatinegara itu. Efeknya18 tahun kemudian. Aksi bakteri penyebab berbagai penyakit itu membuat nyeri di lutut sehingga membuatnya sulit bergerak dan mendatangkan derita sakit menyiksa. Tak dinyana, konsumsi kombucha-sebutan jamur dipo di Jepang-memberi kesembuhan setelah 8 tahun penderitaan.
 

Kisah sedih itu bermula di akhir 1990. Saat menaiki tangga ke ruangan pasien di lantai empat rumahsakit, tiba-tiba tuk... tuk... tuk, lututnya berbunyi. Selain berbunyi, persendian lutut juga memberi rasa nyeri tak tertahankan. Padahal usia saya masih tergolong muda, tak mungkin penyakit tulang bisa bersarang, ujar pria kelahiran 61 tahun silam itu. Apalagi ia terbiasa berolahraga jalan cepat sejauh 5 km setiap pagi.

Awalnya dokter spesialis bedah tumor dari Eppendorf Hospital serta Krankenhaus Altona Hospital, Hamburg, Jerman, itu mengira hanya kelelahan akibat mengurus pasien-pasiennya yang terus bertambah. Namun, kian lama bagian lutut dan telapak kaki terasa lebih nyeri saat berjalan. Makanya, ia tak mampu berjalan lama. Jika dipaksakan, telapak kaki terasa panas seperti menginjak bara api. Hobinya berjalan cepat pun harus ditinggalkan.

Cepat lelah
Setelah berkonsultasi dengan ahli rematoid, obat-obatan seperti Voltaren, Surgam, Felden, dan Pronefid menjadi teman setia saat berpergian. Ia didiagnosis menderita rheumatoid arthritis. Koloni bakteri yang menumpuk pada beberapa gigi berlubang saat berusia 27 tahun diduga sebagai penyebab utama. Menurut dr Yoga I Kasjmirj, ahli rematoid di Rumahsakit Cipto Mangun Kusumo, Jakarta, penyebab-penyebab penyakit rematik adalah penimbunan asam urat, infeksi bakteri, cendawan maupun virus, dan kelainan sistem kekebalan tubuh.

Walau rutin mengkonsumsi dan mengoleskan obat-obatan, gangguan sendi tak jua sirna. Kerap dirasakan derita nyeri menjalar ke seluruh tubuh. Badan Henry terasa kram sehingga daya tahan turun drastis. Ia didera lesu dan lelah berkepanjangan. Padahal, profesi sebagai ahli bedah tumor di Rumahsakit Mitra Internasional, Jatinegara dan Omni Medical Center, Pulomas itu menuntut staminanya tetap prima setiap saat panggilan datang. Apa daya rematik telanjur singgah di tubuh.
Selama 8 tahun Henry hidup berdampingan dengan penyakit. Bila sedikit saja khilaf lantaran bekerja terlalu lama, sang penyebab penyakit tak segan protes dengan menjalarkan rasa nyeri teramat sangat di beberapa bagian tubuh. Rasa takut ketergantungan terhadap bahan kimia mengurungkan niatnya untuk mengkonsumsi berbagai obat-obatan maupun injeksi. Apalagi NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs) bisa berbahaya bagi ginjal dan lambung jika diasup terus-menerus, kata pria kelahiran 20 Mei 1945 itu.

Serat mengapung
Kesabaran menahan penderitaan menghadiahinya titik terang. Akhir 1998 saat musim hujan pertama hadir di November memberi berkah tersendiri bagi bungsu 10 bersaudara itu. Sang istri yang bertandang ke rumah temannya membawa buah tangan berupa stoples berisi cairan teh manis dan serat mengapung.

Kata teman airnya bisa menyembuhkan rematik, kamu mau coba ngga, kata Henry sambil mengulangi perkataan istrinya saat itu. Lantaran tak percaya dengan herbal, ia tak menggubris tawaran itu. Lama-kelamaan, pria kelahiran Bogor itu berpikir tak ada ruginya mencicipi. Toh herbal tak ada efek samping, walaupun jamur dipo itu masih asing.
Jamur dipo merupakan jamur asal koloni organisme ragi dan bakteri, berbentuk lembaran gelatin berwarna putih berketebalan antara 0,5-1,5 cm. Bagian atas berupa selaput tipis licin. Jamur dipo berarti benteng. Jamur yang tumbuh di larutan teh manis itu diyakini bisa membentengi manusia dari berbagai penyakit.

Sepuluh hari pertama, anggota Asosiasi Pengembang Tanaman Obat Indonesia itu kian bugar. Kombucha menghilangkan rasa lemas dan nyeri pada otot serta saraf. Dosis pun ditingkatkan menjadi setengah gelas diminum dua kali sehari. Rasa nyeri yang biasa muncul perlahan hilang dan staminanya meningkat pesat. Semangat hidup pun kembali ia miliki.

Teman-teman sejawat melihat perubahan wajah saya, lebih segar, muda, dan lebih ceria, kata ayah 2 anak itu. Kemudian, dosisnya menjadi satu gelas penuh dua kali sehari sebanyak 400-600 ml. Aktivitasnya tak lagi terganggu, ia kembali ke rutinitasnya memeriksa pasien hingga larut malam dan melanjutkan hobinya berjalan cepat sejauh 5 km di pagi buta setiap hari.

Air kemasan
Lantaran mendapat hadiah sembuh, dokter yang kini bergabung dengan Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembangan Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT) itu kerap merekomendasikan kombucha kepada rekan-rekannya. Bahkan, sejak empat tahun silam Henry mulai membuat air kemasan hasil fermentasi jamur kombucha.

Cara membuatnya, satu liter air mendidih diberi 4 kantong teh celup. Setelah didiamkan 15 menit, diberi 4-5 sendok gula dan diaduk. Setelah larutan teh dingin, dimasukan ke dalam stoples kaca sekaligus bibit jamur kombucha. Stoples ditutup kain bersih dan diikat karet gelang. Lantas jamur dipo disimpan pada ruangan bersuhu 22-30oC selama 7-10 hari. Setelah itu airnya dituai.

Salah satu kolega yang menuai sehat berkat air kombucha adalah dr Embing Syamsudin SpAn, dokter spesialis anesthesia di Rumahsakit Mitra Kemayoran, Jakarta Pusat. Pria berusia 52 tahun itu kerap merasa bagian tumit kirinya sakit setelah berolahraga tenis yang dijalaninya 3 kali seminggu. Setelah 2 jam mengayun raket, rasa ngilu di telapak kaki mulai merongrong. Bahkan tak jarang nyeri itu juga menjalar ke lutut kiri.

Anjuran dr Henry Naland mengkonsumsi larutan jamur dipo langsung diterima. Sebab, kombucha tak asing bagi alumnus Universitas Indonesia itu. Sekitar 4-5 tahun lalu, jamur kombucha telah marak di Belanda sebagai panasea, penyembuh berbagai penyakit. Bahkan sudah ada komunitas pencinta kombucha, kata Embing yang mengikuti perkembangan kombucha melalui dunia maya.
Pria berusia 52 tahun itu mengkonsumsi 400 ml air kombucha per hari. Awalnya terasa kembung, kata Embing. Hal itu terjadi lantaran ia mengkonsumsinya pada saat perut kosong. Setelah 2 minggu mengkonsumsi, semua keluhan berupa nyeri kaki sehabis bermain tenis itu akhirnya minggat, tak pernah diderita lagi.

Lantaran merasakan khasiat kombucha, dokter yang juga berpraktek di Rumahsakit Mitra Internasional itu tak putus mengkonsumsi selama 2 tahun. Embing hanya salah satu kolega yang setia dengan kombucha. Menurut Henry, terdapat lebih dari 10 dokter mengkonsumsi kombucha untuk kebugaran maupun penyembuhan penyakit.

Kaya B1
Keampuhan kombucha bagi kalangan dokter memang tak perlu disangkal lagi. Pada 414 SM, Kombu, sang tabib menyembuhkan Inkyo, Kaisar Jepang yang menderita sembelit berkepanjangan. Itulah awal penggunaan kombucha hingga sekarang dikenal sebagai penyembuh 1.001 penyakit.
Menurut Kadarisman, herbalis di Depok, Jawa Barat, keampuhan kombucha mengatasi penyakit lantaran kandungan kimiawi lengkap. Penyakit rematik dapat sirna lantaran kombucha kaya vitamin B1. Vitamin yang kerap disebut thiamin itu memperbaiki metabolisme karbohidrat dalam pembentukan energi serta mencegah penumpukan cairan di jaringan kaki maupun persendian. Selain itu asupan kombucha juga meningkatkan kandungan asam kondroitin sulfat, bagian dari tulang rawan pelapis permukaan sendi yang berperan menjaga kesehatan dan keutuhan persendian.

Kandungan lainnya, asam hyaluronidase. Asam yang juga berada di sendi itu berperan sebagai pelumas sehingga fungsi sendi tetap terjaga baik. Setelah konsumsi kombucha, jumlahnya semakin meningkat, sehingga persendian yang aus bisa kembali lentur. Sintesis asam ini biasanya diinjeksikan langsung ke tubuh pasien rematik agar nyeri dan pegal langsung lenyap. Senyawa-senyawa berguna itu kini lengkap dijumpai di kombucha. Jadi Henry dan Embing pun setia meminumnya setiap hari. (Vina Fitriani).

Sumber: http://trubus-online.com/Backup2/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=&artid=541