Sabtu, Maret 15, 2014

[riset] Penemuan Tanpa Sengaja, Cuka Membunuh Bakteri TB

Cuka bisa menjadi disinfektan murah yang sangat baik dan tidak beracun terhadap bakteri yang menyebabkan tuberkulosis. Ternyata pada kenyataannya bahan aktif dari bumbu kuno ini yang mengandung asam asetat dapat membunuh beberapa mycobacteria, termasuk yang sangat resistan terhadap obat TB (Mycobacterium tuberculosis), bahkan pada konsentrasi yang sedikit lebih tinggi daripada cuka bumbu memasak.

Penemuan yang dipublikasikan dalam jurnal mbio.asm.org dari American Society for Microbiology, adalah hasil penemuan tanpa disengaja, ilmuwan menggunakan cuka untuk membunuh organisme tuberkulosis dengan mengetesnya pada obat yang perlu dilarutkan dulu dengan asam asesat. Hasilnya, mereka pun menyadari bahwa tanpa obat pun asam asetat sudah dapat membunuh bakteri.

Selain itu ilmuwan menemukan bahwa didalam cuka tidak adanya zat lain, tapi mampu membunuh mikobakteri. Oleh karena itu, solusi asam asetat dapat digunakan sebagai desinfektan murah dan tidak beracun dalam kebersihan klinis, untuk membersihkan permukaan tempat di mana kuman sering mengintai.

Biasanya untuk melawan bakteri di laboratorium menggunakan pemutih, tetapi beracun dan korosif. Ada juga disinfektan yang efektif lainnya, tetapi terlalu mahal, terutama untuk negara-negara berkembang, di mana antara lain mengambil sebagian besar kasus TB.

"Mycobacteria penyebab tuberkulosis dan kusta, tetapi ada juga jenis lain, yang umum di lingkungan, bahkan dalam air keran, tahan terhadap desinfektan dan dapat menyebabkan infeksi serius yang memerlukan beberapa bulan pengobatan dan dapat meninggalkan deformasi bekas luka," kata Howard Takiff, kepala Laboratorium Genetika Molekuler di Venezuela Institute of Scientific Investigation of Caracas.

Ilmuwan juga mengatakan bahwa "banyak prosedur kosmetik yang dilakukan di luar rumah sakit di negara-negara berkembang, di mana tidak ada disinfektan yang efektif."

Sang penemu Claudia Courtesy, secara kebetulan menemukan kemampuan cuka untuk membunuh mikroorganisme tanpa disengaja, ketika menyelidiki kemampuan mikobakteri "non-TB" yang kebal dengan desinfektan dan antibiotik yang mana ia sedang mempelajari obat yang seharusnya dilarutkan dalam asam asetat dan diverifikasi dengan membandingkan dengan sampel kontrol, ternyata zat yang dimiliki cuka telah membunuh mikobakteri tersebut.

"Setelah pengamatan pertama Claudia - kata Takiff, ilmuwan melakukan pengujian melalui konsentrasi dan waktu paparan yang diperlukan untuk menghancurkan beberapa mycobacteria."

Studi ini telah berkolaborasi dengan Albert Einstein College of Medicine di New York, yang telah menguji strain TB dan menemukan bahwa paparan larutan 6% asam asetat efektif membunuh tuberkulosis dalam 30 menit, bahkan dalam kasus strain resisten terhadap hampir semua antibiotik.


Sumber: http://logilmu.blogspot.com/2014/02/penemuan-tanpa-sengaja-cuka-membunuh.html 

Minggu, Maret 09, 2014

[tip] Mengenal Simbol-simbol Pada Kemasan Obat

Pada kemasan obat-obatan biasanya tertera logo atau simbol berupa lingkaran dengan warna tertentu. Selain itu juga terdapat peringatan dalam kotak kecil berdasar warna hitam dengan tulisan warna putih. Simbol-simbol ini bukannya tanpa makna melainkan masing-masing mempunyai arti tersendiri.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BADAN POM) telah membuat aturan dan klasifikasi obat agar kita tidak salah dalam menggunakannya sehingga aman untuk dikonsumsi. Untuk itu marilah kita mengenali simbol lingkaran yang terdapat pada kemasan obat agar kita bisa menggunakannya sesuai aturan.

1. Obat Bebas

Tanda Obat Bebas
Obat Bebas merupakan obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat jenis ini dapat dibeli bebas di warung, toko obat, maupun apotek. Contoh obat dari golongan ini misalnya, vitamin, oralit, dan lain sebagainya.

Meskipun obat ini masuk ke dalam kategori aman, namun tetap saja tidak boleh digunakan secara sembarangan. Obat bebas juga memiliki kandungan racun yang dapat berbahaya bagi tubuh jika tidak digunakan sebagaimana mestinya.

Pada kemasan obat ini terdapat logo lingkaran hijau yang bergaris tepi hitam. Obat bebas ini biasa digunakan untuk mengatasi gejala penyakit ringan, biasanya berupa vitamin atau multivitamin.


2. Obat Bebas Terbatas

Tanda Obat Terbatas
Obat jenis yang kedua ini masih dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter. Walaupun dapat dibeli tanpa resep dokter, namun aturan pakai serta efek sampingnya harus diperhatikan juga. Penggunaannya pun mesri sesuai dengan indikasi yang tertera pada kemasan.

Pada kemasan obat jenis ini terdapat lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam. Selain itu, terdapat pula peringatan dalam kotak kecil berdasar warna hitam. Contohnya adalah sebagai berikut:

P. No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya.
P. No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
P. No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan.
P. No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.
P. No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan.
P. No. 6: Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan.

Tanda Peringatan Obat.

Jika kondisi penyakit semakin serius, pemakaian obat ini harus dihentikan dan sebaiknya pergi ke dokter untuk pemeriksaan yang lebih lanjut. Meski gejala dan keluhan penyakit sama, namun obat yang diperlukan belum tentu sama. Oleh karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk melakukan pengobatan sendiri dengan obat-obat yang seharusnya diperoleh dengan resep dokter.

Tanggal kadaluwarsa obat, informasi pada kemasan tentang petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan, efek samping, dosis obat, cara menyimpan obat, dan interaksi obat dengan obat lain atau interaksi obat dengan makanan yang dikonsumsi merupakan hal-hal yang harus diperhatikan.


3. Obat Keras

Tanda Obat Keras
Obat yang pada kemasannya terdapat logo lingkaran berwarna merah bergaris tepi hitam dengan huruf "K" di dalamnya ini merupakan jenis obat yang diperoleh harus dengan resep dokter.

Yang termasuk obat golongan ini misalnya, obat-obatan yang mengandung hormon, penisilin, obat penenang, antibiotik, dan lain sebagainya.

Obat jenis ini tidak dapat dikonsumsi sembarangan karena bisa berbahaya, memperparah penyakit, meracuni tubuh, atau bahkan menyebabkan kematian.