Gaji merupakan salah satu pos pendapatan tetap yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, dengan bertambahnya kebutuhan, terkadang penghasilan bulanan yang diterima tidak mencukupi sehingga dibutuhkan dana tambahan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan gaji sebagai mesin penghasil uang. Caranya adalah dengan menyisihkan setiap bulan untuk investasi. Perencana Keuangan Safir Senduk dari Biro Perencana Keuangan Safir Senduk dan Rekans mengatakan pasangan suami istri yang sibuk bekerja tetap bisa mencari uang tambahan baru. Sumber penghasilan yang dimaksud adalah uang. Menurut Safir, uang sendiri bisa "bekerja" untuk menghasilkan uang tambahan, ibarat punya anggota keluarga yang ikut bekerja menyumbang penghasilan uang di luar gaji bulanan. "Kalau kreatif, Anda bisa memiliki penghasilan tambahan dengan memproduktifkan sebagian dari uang yang dipunya. Sebagai contoh, Anda bisa memakai Rp10 juta saja dari tabungan untuk diinvestasikan dan mendapatkan penghasilan tambahan yang baru," ujar Safir. Sebagai contoh riil, pasangan suami istri yang bekerja dan memiliki gaji bulanan yang jika diperhitungkan secara matang, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dari gaji bulanan yang masuk, sebagian disisihkan untuk tabungan. Uang tabungan itulah yang menurut Safir bisa bekerja sendiri menghasilkan uang sebagai tambahan pemasukan. Bagaimana uang bisa bekerja mencari uang tambahan keluarga? Caranya dengan menginvestasikannya pada usaha dan produk investasi. Kalau Anda menginvestasikannya ke usaha, mungkin bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan dari situ. Untuk awalnya, sambil tetap bekerja, Anda bisa menjalankan usaha tersebut dengan mengajak orang lain, misalnya anggota keluarga. Akan lebih mudah jika usaha yang dikerjakan sifatnya dapat diawasi dan ada hubungan dengan aset keluarga, misalnya membuka toko atau warung makan di halaman rumah, rental kendaraan dari aset mobil atau motor yang -dimiliki, atau usaha katering dari keahlian memasak yang dikuasai. Jika pada awal usaha, Anda masih ikut terlibat dalam pengelolaannya, saat usaha itu bisa berjalan sendiri maka beragam -urus-an itu bisa dipercayakan kepada orang lain. "Dengan demikian bukan hanya Anda yang mencari uang, melain-kan uang juga bisa digerakkan untuk menghasilkan uang lagi. Walaupun mungkin pada awalnya Anda harus terjun langsung untuk menggerak-kan usaha tersebut,"ujar Safir. Contohnya yang dilakukan oleh Yuda. Berbekal satu aset kendaraan yang dimiliki, bapak satu anak ini tidak segan mengendarai kendaraan umum saat berangkat kerja saat mobil kesayangan akan disewa tetangga atau sanak saudara yang membutuhkan. Demikian juga dengan halaman depan yang dimiliki, Yuda dengan dibantu sang pembantu dan adik ipar membuka toko pecah belah yang modalnya bersumber dari uang tabungan gaji bulanan bersama sang istri. "Lumayan, hasilnya bisa buat nambah beli susu anak saya yang tidak cukup ditutup dari gaji bulanan saya dan istri," ujarnya. Bukan hanya itu saja, berbekal keahlian memasak yang dimiliki, sang istri bahkan memiliki angan-angan membuka usaha katering yang bisa dia jual di lingkungan kerja atau masyarakat sekitar yang membutuhkan jasanya. Modal usaha Modal usaha tentu bersumber dari uang tabungan yang berhasil dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga cukup membeli satu persatu aset tambahan untuk dukung usaha. "Harapannya bisa beli satu lagi mobil untuk disewakan lagi atau minimal untuk kendaraan niaga," ujarnya. Perencana Keuangan dari Prime Planner Muhammad Ichsan mengatakan karyawan memiliki keterbatasan waktu jika ingin memulai usaha yang modalnya berasal dari pendapatan bulanan. Langkah awal yang dapat dilakukan karyawan menambah dananya adalah dengan mendisiplinkan menabung atau berinvestasi pada produk-produk pasar modal seperti reksa dana atau unit-linked. "Sejak seseorang memiliki pendapatan tetap, maka sebaiknya dia mulai disiplin menyisihkan pendapatannya untuk tabungan dan investasi. Ini bukan persoalan besarnya dana yang dikeluarkan, tetapi jangka waktu investasi itu." Dia mencontohkan karyawan yang secara bertahap menabung sebesar Rp1 juta setiap bulan hingga mencapai Rp12 juta pada akhir tahun akan memiliki return yang lebih lebih tinggi dibandingkan dengan yang sekaligus menanamkan modalnya dalam jumlah yang sama pada bulan ke-12. Semakin lama berinvestasi, maka karyawan itu akan menikmati pertumbuhan secara eksponensial dari dana yang ditanamkannya. Menurutnya, berinvestasi tidak melulu berbicara tentang uang yang berlebih tetapi komitmen untuk menyisihkan sedikit dana agar dana yang ada bisa bertambah. Banyak cara yang bisa ditempuh, asalkan jeli melihat peluang yang ada. Jika dana yang dimiliki sudah besar, sebagian dana dipergunakan untuk membuka usaha, yang terdekat adalah memulai bisnis dari hobi karena itu akan lebih mudah mengingat aktivitas tersebut telah dilakukan secara kontinu. "Hobi jangan hanya sekadar untuk senang-senang tetapi sebaiknya dimanfaatkan untuk usaha, meski untuk memulainya harus melalui riset agar bisnis yang dibangun tidak sia-sia." Misalnya seseorang yang memiliki hobi mengutak-atik mobil, bisa membuka usa-ha bengkel. Begitu juga dengan perempuan yang memiliki hobi mendesain pakai-an bisa membuka rumah mode yang bekerja sama dengan penjahit. Adapun, aset dapat berupa mobil atau ken-daraan bermotor yang dimiliki. "Jika di rumah ada dua motor, yang satunya tidak termanfaatkan dengan maksimal dapat dirental-kan. "Strategi lainnya adalah memanfaatkan ruangan di rumah untuk dijadikan kos-kosan, jika lokasi rumah berada di sekitar perkantoran atau kampus. Dengan usaha yang dimiliki, pasangan suami istri yang berstatus karyawan tidak lagi pusing dengan pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin bertambah, sementara kewajibannya sebagai karyawan tetap dapat dikerjakan seperti biasa. Kepatuhan, komitmen, kreativitas, dan kerja keras, adalah kunci sukses pasangan karyawan yang ingin tetap mencari uang tambahan keluarga. Apalagi tidak mudah memulai usaha, bahkan tidak sedikit yang membuyarkan konsentrasi kerja karena sibuk berusaha di rumah. (wulandari@bisnis.co.id/rahayuningsih@bisnis.co.id) Th. D. Wulandari & Rahayuningsih |
Sumber: Bisnis Indonesia |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar