Sudah tiga hari ini Wimpie terbaring lemah di tempat tidur. Dokter meminta bapak satu anak itu beristirahat beberapa hari, karena merunut hasil tes darah, jumlah trombosit di dalam tubuhnya menurun drastis. "Kalau dalam dua tiga hari kondisi bapak tak juga membaik, harus dirawat di rumah sakit," kata Wimpie, menirukan ancaman dokter.
Terbayang sudah, dia tidak akan bisa mendampingi Cindy, putri tersayang, dalam pementasan drama "Cinderella" di TK sang anak minggu depan. Padahal, itulah kali pertama Cindy mendapat peran utama dalam pementasan drama di sekolahnya.
Selain suhu tubuh naik turun tak keruan, turunnya trombosit, menurut sang dokter, adalah salah satu gejala demam berdarah yang paling gampang ditandai. "Memang baru gejala, tapi jangan anggap enteng. Saya sarankan bapak banyak beristirahat, rajin makan makanan bergizi, dan perbanyak minum air putih," pesan dokter.
Beruntung, tak lama kemudian datang konco akrabnya. "Wim, aku bawa sesuatu untuk kamu. Resep ramuan ini aku dapat saat berkunjung ke tempat sepupuku yang bekerja di Badan Penelitian Tanaman Obat, Bogor. Konon bisa menyembuhkan demam berdarah. Ada baiknya, selain minum obat dokter, kamu juga mencoba ramuan yang sudah diteliti ini," ucap sang teman.
Wimpie yang selama ini ogah-ogahan minum jejamuan, cuma mengangguk lesu. Pikirannya masih melayang, bagaimana jadinya nasib putri Cinderella jika saat mentas nanti tak ditonton papa tercinta?
Rimpang beda warna
Ia sadar betul, sampai saat ini, demam berdarah masih merupakan salah satu penyakit epidemik yang masih sangat ditakuti. Penyakit ini sering mewabah di daerah-daerah yang memiliki sanitasi lingkungan kurang baik. Penyebabnya, kita pasti sama-sama tahu, yakni gigitan nyamuk Aedes aegypti L. yang di dalam tubuhnya sudah kemasukan virus demam berdarah. Sekali menulari, si nyamuk akan menjadi penular sepanjang hidupnya.
Karena di Indonesia penyakit ini saban tahun banyak memakan korban, "Sepupu saya yang bekerja di Balai Penelitian Tanaman Obat (Balitro) Bogor ikut melakukan penelitian untuk menemukan obat mujarab demam berdarah. Minimal meringankan beban penderitanya," cetus teman Wimpie. Si teman lalu menyebut ramuan herbal yang terdiri atas rimpang kunyit (Curcuma longa L.), rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.), tanaman meniran (Phillantus urinaria L.), daun pepaya (Carica papaya L.) dan daun jambu biji merah (Psidium guajava L.), dan garam secukupnya.
Keenam herbal tersebut diyakini menyimpan khasiat antioksidan, antivirus atau antibakteri, menaikkan jumlah trombosit dalam darah dan menstabilkan tekanan darah. Rimpang kunyit dan temu hitam sendiri termasuk tumbuhan obat dari keluarga temu-temuan. Perbedaan keduanya hanya terdapat pada rimpangnya. Bila dipotong, rimpang kunyit berwarna jingga, sedangkan temu hitam rimpangnya berwarna agak kehitaman.
Rimpang kunyit selama ini dikenal masyarakat sebagai obat penyakit lambung, peluruh keringat, penciut selaput lendir (astringent) pada penderita wasir, obat untuk berbagai jenis penyakit kuning (hepatitis) dan penangkal berbagai penyakit yang diakibatkan oleh gangguan hati lainnya.
Sedangkan sebagai obat luar, ia kerap digunakan untuk penyakit gatal, luka kecil, luka digigit serangga, radang kulit, cacar air, dan bisul bernanah. Rebusan rimpang kunyit banyak juga dimanfaatkan untuk memperbaiki sirkulasi saat menstruasi, untuk membersihkan darah, serta obat infeksi organ perkencingan.
Kadang-kadang, kunyit dipakai juga buat melegakan perut, obat diare, untuk menyembuhkan batuk dan memberantas tuberculosis (TBC). Sebagian masyarakat juga menggunakannya sebagai obat antikejang, radang gusi, insektisida, antijamur, dan bahan obat cacing.
Mencegah oksidasi
Sekarang soal temu hitam. Tanaman ini dikenal di Jawa sebagai temu ireng, sedangkan orang Sunda menyebutnya temu hideung.
Di daratan Cina, rimpang temu hitam kerap dimanfaatkan sebagai obat perut mulas. Sementara di semenanjung Malaysia, telah lama digunakan sebagai obat batuk dan asma. Kadang dipakai juga sebagai tapal oleh penderita sariawan usus. Di Indonesia dan Thailand, rimpang temu hitam juga biasa direbus untuk minum dan tapal wanita setelah melahirkan.
Herbal satu ini kadang digunakan pula sebagai pembersih darah, pelangsing tubuh, penyembuh rematik dan peluruh keringat. Hikino (1985) mengutip Antihepatixic Activity of Crude Drugs menyebutkan, rimpang kunyit dan temu hitam mengandung senyawa curcuminoids, lengkap dengan turunannya seperti diferuloyl methane , desmethoxy-curcumin , dan bidesmethoxy curcumin .
Senyawa-senyawa tersebut dipercaya dapat bertindak sebagai antioksidan yang mencegah oksidasi lemak dan siklus oksidasi dalam trombosit, sehingga menyebabkan turunnya kadar lemak dalam darah dan hati. Senyawa itu juga mencegah keracunan hati (antihepatotoksit), sekaligus meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan virus.
Kaya akan senyawa perkasa
Selain temuan-temuan di atas, masih ada meniran, yang juga termasuk dalam ramuan penumpas demam berdarah. Di Papua Nugini, rebusan tanaman meniran dianggap manjur sebagai obat cacing. Sedangkan di Brunei Darussalam, orang biasa menumbuk daunnya, lalu mencampurnya dengan santan kelapa, untuk dipakai sebagai obat cacar. Sementara di Kamboja, tanaman dari keluarga Euphorbiaceae (jarak-jarakan) ini dipakai sebagai bahan baku obat malaria. Hussain at. al (1995) dalam Journal of Natural Product menegaskan, meniran mengandung senyawa triterpenoids, flavonoid, tanin, alkaloid, asam fenol, filantin, hipofilantin, dan kalium.
Dalam ilmu farmasi, flavonoid berfungsi sebagai senyawa aktif antiradang, mengurangi rasa nyeri, antitumor, antivirus HIV, antidiare, antikeracunan hati, antijamur, antioksidan, mencegah penyempitan pembuluh darah, merangsang kekebalan dan antiborok/bisul.
Ramuan berikutnya, daun pepaya dan daun jambu biji merah. Tanaman pepaya dikenal sebagai buah yang kaya dengan sumber antioksidan alami, karena kandungan vitamin A, C, dan E-nya. Daunnya juga dikenal sebagai pelunak daging, masyarakat juga sering menggunakan daun pepaya sebagai sayuran yang dianggap ampuh mencegah penyakit malaria. Buahnya, seperti sering kita temui di meja makan, kerap dijadikan suguhan penutup untuk melancarkan buang air besar penderita wasir.
Roth dan Lindolf dalam South American Medicine Plants (2002) menyebut daun pepaya mengandung karpain, senyawa aktif yang berpengaruh pada aktivitas jantung, mengurangi tekanan dalam pembuluh darah, mengurangi frekuensi denyut urat nadi, dan peluruh air seni. Senyawa lainnya, papain, dikenali sebagai senyawa antiradang dan antipenimbunan cairan maupun gas dalam jaringan (antiedemik).
Terakhir, tanaman jambu biji dari jenis yang berdaging berwarna merah, pun sudah sangat tidak asing lagi, karena diakui sebagai sumber vitamin C. Daunnya dikenal sebagai obat diare, karena kaya akan tanin yang bersifat mengecilkan pori-pori selaput lendir. Di samping itu, daunnya juga kaya akan vitamin C yang bersifat antioksidan, antibakteri, antiradang, peluruh cacing, antikuman/virus, tidak menimbulkan muntah, mengeluarkan angin, meredakan kejang, dan sebagai tonik.
Mendengar uraian panjang lebar temannya, semangat Wimpie untuk sehat secepatnya kembali tumbuh. "Jadi benar ramuan ini sudah diteliti di Balai Penelitian Tanaman Obat?" Wimpie mengulang pertanyaan yang hanya perlu dijawab dengan anggukan sang teman. "Apa boleh buat, pahit sedikit enggak masalah, yang penting, Cinderella tetap ceria," putus Wimpie, kali ini di dalam hati.
Meracik Si Antidemam Berdarah
Untuk membuat ramuan herbal antidemam berdarah,
- rimpang temu hitam dan rimpang kunyit masing-masing sebesar satu jempol, keduanya diiris tipis.
- meniran yang tingginya sekitar 20 cm sebanyak tiga batang
- daun pepaya tua 1 - 2 lembar
- daun jambu biji merah 3 - 5 lembar
- garam secukupnya.
Rebus campuran herbal-herbal berkhasiat tadi dengan air sebanyak empat gelas, kemudian disaring. Nah, hasil saringannya diminum setiap empat jam sekali.
Selamat mencoba!
Penulis: Samiran, peneliti Tanaman Obat di Pusat Biologi Bidang Botani, LIPI, di Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar